Angka Penyebaran TBC di Indonesia Cukup Tinggi, Indonesia Urutan Kedua di Dunia Setelah India

JAKARTA, "TBC adalah jenis  penyakit yang orangnya kalau kena suka diam-diam, akhirnya nggak didiskusikan dan tentu saja bertambah parah," ujar dr. Nurul Nadia Luntungan, Ketua Yayasan Stop TB Partnership Indonesia (STPI).

Hal tersebut disampaikannya  dalam acara konferensi pers Hari Tuberkulosis Sedunia menjelang 6 tahun target eliminasi TBC Indonesia berkomitmen memperkuat inovasi dan kemitraan di  Jakarta, Senin sore (25/3/2024).Ikut hadir dalam konferensi pers ini yakni Yulinda S, Penyintas TBC, dr.Ahmad Fuady, Peneliti TBC, dan dr.Tiara, Tim Kerja TBC dari Kementerian Kesehatan RI.

Menurutnya, melihat angka penyebaran yang cukup tinggi, pastinya pemerintah Indonesia tidak tinggal diam. 

"Bahkan, sudah lama pemerintah dibantu oleh berbagai pihak yang berkaitan untuk mewujudkan komitmen global dalam menanggulangi masalah penyakit TBC ini," katanya.

Penyakit yang disebabkan oleh bakteri bakteri Mycobacterium Tuberculosis (M.Tb) ini dapat menyerang siap saja di bagian tubuh tertentu.

" Seperti paru-paru, tulang belakang, kulit, otak, kelenjar getah bening, hingga jantung. Penularannya biasanya terjadi lewat udara, di mana penderitanya menyebarkan bakteri ketika batuk di tengah kerumunan," jelasnya.

Berdasarkan data dari Global TB Report di tahun 2023, Indonesia menempati urutan ke-2 di dunia setelah India dengan penemuan kasus TBC sebanyak 1.060.000 pasien. 

Hal ini lantas menjadikan Indonesia sebagai salah satu high burden country atau negara dengan beban TBC tertinggi. 

United Nation on High Level Meeting (UNHLM), telah berkomitmen untuk mendiagnosis dan pengobatan TBC dalam kurun waktu tahun 2023-2027 yang mencakup, sebanyak 45 juta orang dengan TBC dapat diobati. Kemudian, sebanyak 45 juta orang lainnya dapat diobati dengan TPT. 

Selain itu, ada 4,5 juta anak-anak dengan TBC yang setidaknya bisa segera diobati, serta 1,5 juta orang dengan TBC Resisten Obat (RO) bisa diobati.

Hari Tuberkulosis Sedunia 2024

Hari Tuberkulosis (TBC) Sedunia jatuh pada 24 Maret 2024.TBC merupakan penyakit kronis yang menular dan mematikan. 

TBC dapat menular dengan mudah melalui udara yang berpotensi menyebar di lingkungan keluarga, tempat kerja, sekolah, dan tempat umum lainnya. 

Pengobatan TBC juga tidak mudah, dengan adanya kemungkinan efek samping obat dan memerlukan waktu pengobatan yang tidak sebentar (minimal 6 bulan). TBC yang tidak ditangani hingga tuntas akan menyebabkan resistansi obat (kebal obat). 

Oleh karena itu, TBC harus dieliminasi, dan salah satu strategi yang dapat dilakukan adalah dengan menemukan seluruh kasus TBC dan mengobati sampai sembuh, sehingga penularan TBC dapat dihentikan.

Peringatan Hari TBC Sedunia pada tahun ini mengangkat tema nasional yaitu “Gerakan Indonesia Akhiri Tuberkulosis (GIAT)”. Tema ini diangkat dengan harapan dapat menjadi gaung dalam meningkatkan kesadaran masyarakat tentang permasalahan TBC melalui:Peningkatan kesadaran dan peran serta semua pihak (pemerintah pusat, pemerintah daerah, organisasi profesi, mitra, dan masyarakat) untuk penanggulangan TBC di Indonesia.

Ajakan seluruh lapisan masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam mendukung penanggulangan TBC baik dalam pencegahan, penemuan kasus maupun dukungan pengobatan sampai sembuh.

Keberhasilan eliminasi TBC ditentukan pada kontribusi dan kolaborasi lintas sektor oleh multi-pihak dan seluruh lapisan masyarakat secara berkesinambungan. 

Hari TBC Sedunia (HTBS) pada 24 Maret 2024 menjadi momen yang tepat untuk menggaungkan pentingnya gerakan eliminasi TBC dan mengajak keterlibatan multisektor dan seluruh lapisan masyarakat.(*/Las)








Diberdayakan oleh Blogger.